PROBOLINGGO – Suasana haru menyelimuti rumah duka di Jalan Lawu, Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ketapang, Kota Probolinggo, Sabtu (2/8/2025) siang. Ribuan pelayat memadati lokasi untuk mengiringi kepergian Sayyid Abdulqodir bin Hadi Alhabsyi atau yang akrab disapa Yek Kadir, putra pertama mantan Wali Kota Probolinggo, Habib Hadi Zainal Abidin.

Bagi masyarakat umum, Yek Kadir dikenal sebagai pribadi yang ceria dan bersahaja. Namun bagi keluarga serta orang-orang terdekat, almarhum adalah sosok yang penuh kasih, rendah hati, dan sangat dekat dengan sang ayah.

“Kalau Habib Hadi datang ke acara, seringkali yang mendampingi ya Yek Kadir. Mereka seperti sahabat, bukan cuma ayah dan anak,” ujar Nur Aliwafa, salah satu pelayat yang juga alumni pesantren.

Lahir pada tahun 2004, Yek Kadir menempuh pendidikan di MAN 2 Probolinggo, kemudian melanjutkan studi ke Pesantren Sunniyah Salafiyah Pasuruan di bawah asuhan Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf. Ia juga sempat menimba ilmu di kediaman Habib Mushthofa Al Aidrus di Surabaya hingga akhir hayatnya.

Salah seorang teman sekolah Yek Kadir yang enggan disebutkan namanya, mengenang sosok almarhum sebagai sahabat sejati. “Dia itu bukan cuma teman, tapi saudara. Orangnya ramah, rendah hati, humoris, dan paling suka traktir pizza waktu sekolah,” ucap pria berinisial S dengan mata berkaca-kaca.

Yek Kadir wafat di sebuah rumah sakit di Surabaya pada Jumat (1/8/2025) petang. Yang membuat kepergiannya semakin menggetarkan hati adalah momen menjelang ajal. Dari dalam ruang ICU, ia ikut mengumandangkan adzan salat Jumat dengan suara lirih namun menyentuh, tepat saat waktu zuhur tiba.

“Almarhum mengumandangkan adzan dari ICU, bersamaan dengan azan Jumat. Subhanallah…,” tutur Habib Mushthofa Al Aidrus dalam sambutan mewakili keluarga, tak kuasa menahan rasa kehilangan.

Disebutkan, Yek Kadir sempat mengalami demam tinggi dan mendapat penanganan medis intensif. Namun, takdir berkata lain. Enam jam setelah adzan itu, ia berpulang dengan tenang.

Kabar duka menyebar cepat. Ucapan belasungkawa membanjiri media sosial. Sejak pagi, pelayat berdatangan ke rumah duka. Sabtu siang, jenazah disalatkan di Masjid Nurul Jadid yang berada dalam lingkungan Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin.

Yang menjadi imam salat jenazah adalah kakek dari pihak ibu, Habib Najib Al Haddad. Suasana semakin haru ketika sang kakek memimpin doa terakhir untuk cucunya.

Jenazah Yek Kadir kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman pesantren, bersebelahan dengan makam kakeknya dari pihak ayah, Habib Muhammad Al Habsyi.

“Dia bukan cuma anak wali kota. Dia teman semua orang,” ujar S dengan suara lirih. “Kalau senyum, itu enggak dibuat-buat. Dan kalau bantu, enggak pernah setengah hati.”

Baca Juga:

Kini, suara adzannya mungkin telah senyap di dunia. Namun bagi banyak orang yang mengenalnya, gema kebaikan dan kasih sayangnya akan terus hidup dan dikenang.