JakartaSatelit Nusantara Lima (N5) akhirnya berhasil meluncur dari Cape Canaveral, Amerika Serikat, Kamis (11/9) waktu setempat, setelah sempat mengalami dua kali penundaan akibat cuaca ekstrem.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan, peluncuran satelit dengan roket Falcon 9 milik SpaceX ini ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat Indonesia.

“Satelit Nusantara Lima adalah jembatan yang menghubungkan Indonesia tanpa batas. Internet cepat bukan hanya soal teknologi, tapi soal kesempatan yang sama,” kata Meutya dalam keterangannya, Jumat (12/9).

Ia menambahkan, kehadiran N5 akan membuka peluang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang lebih merata di seluruh Indonesia.
“Anak-anak di Maluku dan Papua akan punya akses belajar yang sama dengan anak-anak di Jakarta. Pasien di pulau kecil bisa konsultasi dengan dokter terbaik, dan UMKM kita bisa bersaing di dunia digital. Inilah makna pemerataan digital yang sesungguhnya,” tegasnya.

Peluncuran N5 juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya kemandirian serta kedaulatan teknologi. Transformasi digital disebut sebagai program strategis agar seluruh rakyat merasakan manfaat pembangunan secara adil.

Satelit Nusantara Lima memiliki kapasitas 160 Gbps, menjadikannya satelit komunikasi terbesar di Asia Tenggara. Satelit ini akan menempati slot orbit strategis 113° Bujur Timur (golden spot) yang mencakup seluruh Indonesia, dengan fokus memperkuat konektivitas di kawasan timur.

Manfaat N5 sangat luas, mulai dari pendidikan jarak jauh, layanan kesehatan digital, penguatan UMKM daring, hingga akses hiburan dan informasi bagi masyarakat di wilayah terpencil.

Satelit ini dimiliki oleh PT Satelit Nusantara Lima (SNL), anak usaha PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), melalui kerja sama dengan Boeing Satellite Systems, Hughes Network Systems, dan SpaceX.

Pemerintah melalui Kementerian Komdigi juga memastikan registrasi orbit berjalan sesuai ketentuan internasional sekaligus menjaga kedaulatan nasional dalam pengelolaan satelit.

Peluncuran N5 menjadi tonggak baru perjalanan Indonesia di bidang satelit, setelah Palapa A1 (1976), Nusantara Satu (2019), dan SATRIA-1 (2023).

Dengan hadirnya N5, Indonesia menegaskan diri bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga pengelola teknologi satelit yang membawa manfaat langsung bagi rakyat dan memperkuat posisi negara sebagai pusat konektivitas digital di Asia Pasifik.