Jakarta — Pernah melihat meteor yang berpendar indah di langit malam dengan warna yang berubah dari merah menjadi biru? Fenomena ini ternyata punya penjelasan ilmiah yang menarik.
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), warna cahaya yang tampak dari meteor saat memasuki atmosfer Bumi dipengaruhi oleh komposisi kimia dan suhu meteor itu sendiri.
Saat meteor menembus atmosfer, gesekan ekstrem dengan udara membuatnya terbakar. Proses ini menyebabkan elemen logam di dalamnya memancarkan cahaya dengan warna tertentu.
Misalnya, besi memunculkan cahaya kekuningan, magnesium berwarna putih kebiruan, sementara silikon dan oksigen menghasilkan cahaya kemerahan.
Mengutip American Meteor Society, perubahan warna dari merah ke biru menandakan adanya kenaikan suhu signifikan saat meteor melaju ke lapisan atmosfer yang lebih padat.
Dalam ilmu fisika, warna cahaya memang erat kaitannya dengan suhu benda. Meteor yang semula bersuhu sekitar 1.000°C (merah) bisa mencapai lebih dari 6.000°C (biru) saat jatuh, sehingga tampak berubah warna di langit.
Warna Meteor Dipengaruhi Kandungan Kimia
Penjelasan serupa juga disampaikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam unggahannya di Instagram, BRIN menyebut warna meteor ditentukan oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya.
-
Kalsium → cahaya keunguan
-
Magnesium → cahaya kebiruan atau kehijauan
-
Besi → cahaya kekuningan
-
Natrium → cahaya jingga
-
Jika tidak mengandung keempat unsur tersebut, meteor akan tampak kemerahan karena interaksi dengan nitrogen dan oksigen di atmosfer.
Selain itu, kecepatan meteor juga memengaruhi warnanya. Meteor yang melaju lambat (kurang dari 100.000 km/jam) cenderung berwarna merah atau jingga, sementara yang melesat cepat (lebih dari 200.000 km/jam) memancarkan warna biru.
‘Earthgrazer’: Meteor yang Bisa Memantul ke Luar Angkasa
Mengutip National Geographic, meteor juga diklasifikasikan berdasarkan ukuran, tingkat kecerahan, dan jaraknya dengan Bumi.
Meteor yang melintas rendah di dekat horison disebut earthgrazer—artinya “penggembala Bumi”—yang dikenal karena memiliki ekor panjang dan berwarna-warni.
Menariknya, sebagian earthgrazer tidak terbakar habis, melainkan memantul kembali ke luar angkasa setelah menyentuh lapisan atas atmosfer. Namun, ada pula yang pecah di udara dan tampak seperti “bintang jatuh”.
Salah satu peristiwa paling terkenal adalah Great Daylight Fireball di langit Utah, Amerika Serikat, tahun 1972. Meteor raksasa itu melesat dengan kecepatan 15 km per detik dan disaksikan ribuan orang di siang bolong.